Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat pada perdagangan Kamis (4/10/2023) setelah anjlok 5% pada perdagangan sebelumnya.
Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,27% di posisi US$84,45 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka naik 0,08% ke posisi US$85,88 per barel.
Pada perdagangan Rabu (4/10/2023), minyak WTI ditutup ambruk 5,61% ke posisi US$84,22 per barel, begitu juga dengan harga minyak brent ditutup anjlok 5,62% ke posisi US$85,81 per barel.
Harga minyak turun lebih dari 5% pada perdagangan hari Rabu karena kehancuran permintaan bahan bakar dan gambaran makroekonomi yang suram menjadi pusat perhatian.
Pasokan bensin yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.
Beberapa dari kehancuran permintaan tersebut mungkin disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu dan badai pasca-tropis Ophelia, yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September, ucap Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Secara musiman, konsumsi bensin AS berada pada level terendah dalam 22 tahun, menurut analis komoditas di JP Morgan.
Lonjakan harga bahan bakar sebesar 30% pada kuartal ketiga tahun ini menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari.
Stok bensin naik 6,5 juta barel, jauh melebihi ekspektasi kenaikan 200.000 barel.
Stok minyak mentah nasional AS turun 2,2 juta barel menjadi 414,1 juta barel dalam sepekan hingga 29 September, namun stok di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman WTI, naik untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.
Kementerian Energi Arab Saudi menegaskan akan melanjutkan pengurangan pasokan minyak mentah secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun, sementara Rusia mengatakan akan melanjutkan pengurangan ekspor minyak mentah sebesar 300.000 barel per hari, dan pada bulan November akan meninjau kembali pengurangan produksi sukarela sebesar 500.000 barel per hari pada bulan April lalu.
Namun crack spread (CL321-1=R), yang mewakili margin penyulingan, turun di bawah US$20 per barel pada hari Rabu ke level terendah dalam sekitar 1,5 tahun.
Penurunan margin ini menunjukkan tingginya harga dan suku bunga membatasi pembelian persediaan minyak mentah dan meningkatkan kemungkinan resesi, ucap Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
“Hal ini dapat memaksa melemahnya permintaan lebih lanjut yang mungkin tidak dapat dilawan oleh Saudi dan Rusia melalui pengurangan produksi tambahan,” tambah Ritterbusch.
Berita ekonomi juga menekan harga minyak. Data menunjukkan pertumbuhan di sektor jasa AS melambat pada bulan September.
Harian Kommersant melaporkan bahwa Rusia mungkin siap untuk melonggarkan larangan penggunaan bahan bakar diesel dalam beberapa hari mendatang.
Pertemuan online Komite Pemantau Kementerian Gabungan (JMMC) OPEC+ mempertahankan kebijakan produksi kelompok tersebut tidak berubah.
Pasar minyak sedang menuju ke arah yang benar dengan menyeimbangkan pasokan dan permintaan, ucap Menteri Perminyakan Kuwait Saad Al Barrak, menurut kantor media pemerintah KUNA.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pemotongan yang dilakukan Saudi dan Rusia telah membantu menyeimbangkan pasar minyak, dan mengatakan pasar domestik mendapat manfaat dari larangan ekspor solar dan bensin yang dikeluarkan Kremlin.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Minyak Kembali Reli Setelah Anjlok 1% Kemarin
(saw/saw)
Quoted From Many Source